Perisai yang susah payah April bangun mendadak runtuh. Tak mampu lagi ia membendung luapan kesedihannya. Lukanya memang dalam, karena ada dua sayatan sekaligus yang melukainya kini.
April berusaha menjawab disela tangisnya, “Aku emang nggak sekuat apa yang pernah Arfan bilang, Za, dan kamu tau itu. Aku minta maaf. Aku nggak bermaksud nyakitin kamu dengan perasaan sedih yang melandaku saat ini. Kamu pasti juga tau, sakit yang hatiku terima bukan cuma karena Arfan, tapi aku bener-bener nggak bisa liat kamu kayak gini.”
Reza menyeka kristal-kristal bening yang berjatuhan di pipi April.
“Udah sayang, maafin aku ya, aku nggak bermaksud bikin kamu sedih.”
April meraih tangan Reza, menggenggamnya erat dan mendekatkan ke wajahnya, “Aku cuma takut kehilangan kamu. Aku bener-bener takut,” mata April terpejam, meresapi pedih yang ia rasakan perlahan mereda. Senyum Reza mengembang melihat perubahan air muka April.
-part of my second novel
0 respon terhadap ocehan si bocah:
Posting Komentar