Berkeliling dikertas buram tak beraturan
Memberi pembebasan pada galaunya malam
Meluangkan penghiburan bagi nurani latar kelabu
Sisanya tak lebih dari batu
Keras
Dingin
Kasar
Berat tapi tak arti
Entahlah,
Penaku menari semau-maunya
Dia adalah tuannya
Dan jariku adalah budaknya
Relasi itu tak terbantahkan disepertiga malam ini
Bulan berbisik pelan pada bintang
“kamu tahu, kapan kita akan istirahat?”
Bintang mengerenyitkan dahi dan menjawab,
“mungkin setelah pena itu puas bercerita tentang kita.”
Pena masih menari
Letihnya terabaikan karena malam
Malam malah bingung kapan ia harus pulang
Pagi menunggu
Jari memerah
Lelah agaknya ia
Lalu protes pada pena
“hey! Sudahlah…undang saja malam datang lagi esok.”
Dalam tariannya, pena berkata
“aku tak ingin membuat malam lebih letih dengan datang berulang-ulang untukku.”
Jari sunyi, lupa
Padahal pena tak ada benarnya
Pena masih asyik
Sementara waktu terus menunggunya
Malam lesu
Pagi bosan
Siang harap-harap cemas
Waktu jadi ambigu dibawah perintah pena
Rangkasbitung, 25 September 2009
aku malah tak mengerti, apa yang sbenarny aku tulis. hahahahaaa ...
:)
0 respon terhadap ocehan si bocah:
Posting Komentar