Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Sabtu, 05 Maret 2011

Kepada Senyawaku

From :satryaandira@yahoo.com
To : salsabilaazzahra@yahoo.com
Subject : Hari kedelapan tanpamu

Kepada senyawaku,
Selamat pagi, di sini masih pagi hai bunga surgaku. Bagaimana di sana? Pagi juga kah? Siang, atau malam? Aku baru selesai menyiapkan sarapan untuk jagoan-jagoan kita. Mereka sangat suka kubuatkan sepiring nasi goreng keju resep darimu, dan segelas susu coklat dingin yang selalu membuatku khawatir mereka akan terserang batuk.

Kemarin si kakak demam. Dia menggigil semalaman. Aku kelimpungan sendirian. Ternyata memang cuma kamu yang bisa merawat bocah-bocah lucu kita. Untunglah Rizal sebagai adik mau mengerti. Kau tahu? Dia tidak semanja ketika kau ada. Seragam sekolahnya sudah bisa ia kenakan sendiri. Mereka berdua mandiri. Sepertinya mereka mewarisi sifat-sifatmu, jelitaku.

Oh ya, bagaimana kabarmu? Tidak sedang flu ‘kan? Aku ingat betapa seringnya flu mengunjungi tubuh mungilmu. Berkali kuingatkan jangan terlalu lelah, sayang. Dan berkali pula kau katakan, “aku baik-baik saja”, sambil tersenyum meyakinkan. Senyuman termanis dari bidadari tercantik yang Tuhan turunkan ke bumi. Senyum paling tulus yang membuatku rindu.

Ah, ya, betapa rindunya aku melihat senyum malu-malu kepunyaanmu. Dua bocah kecil yang kini mengisi hariku pun sama, sayang. Mereka rindu, sampai-sampai sering mengigau tentangmu, padahal baru seminggu mereka tanpamu. Seperti tujuh pagi yang lalu, pagi ini mereka kembali bertanya padaku perihal kepulanganmu. Mereka mengkhawatirkanmu. Jaga dirimu baik-baik. Pakai baju hangatmu kala malam. Kau tahu ‘kan tubuhmu tak tahan dingin? Jangan bandel.

------------------------------

From :
satryaandira@yahoo.com
To : salsabilaazzahra@yahoo.com
Subject : Hari kesepuluh tanpamu

Kepada senyawaku,
Baik-baik saja ‘kan kau di sana? Aku selalu percaya Tuhan kita menjagamu. Demi aku, dan bocah-bocah lucu yang tak henti menanyakanmu.

Seperti e-mailku sebelumnya, kukatakan kami rindu. Ini hari kesepuluh sejak kepergianmu, dan kami masih saja kerepotan mengurusi segala sesuatunya tanpa bantuanmu, tanpa tanganmu yang seperti ada delapan itu. Kau memang super hero kami.

Malam ini aku pulang larut, Rizky dan Rizal kutitipkan di rumah mama. Kasihan mereka, katanya ingin pisang coklat keju seperti buatanmu, tapi mama tak bisa buatkan, terlebih aku. Menu andalanku hanya satu, nasi goreng keju. Pagi tadi, mereka merengek bilang bosan. Aku bingung. Akhirnya kubuatkan telur mata sapi. Keduanya kompak memajukan bibir. Aku menyerah, kuajak mereka makan di restoran fast food, mereka teriak kegirangan.

Ngomong-ngomong soal makan, bagaimana makananmu di sana? Enak? Jangan pilih-pilih makanan seperti jika kamu di rumah ya. Tetap jaga kesehatanmu, karena aku tak lagi bisa mengingatkanmu setiap waktu.

------------------------------

From :
satryaandira@yahoo.com
To : salsabilaazzahra@yahoo.com
Subject : Hari keempat belas tanpamu

Kepada senyawaku,
Cinta, namamu masih selalu kuselipkan ditiap doaku. Semua e-mailku seperti bicara pada tembok yang bisu. Aku tahu sayang, kau takkan sempat membalasnya. Semua e-mailku yang memenuhi inbox-mu hanya sebuah pelampiasan rindu yang begitu menggebu.

Ini hari keempat belas tanpamu. Anak-anak tetap tak pernah absen menanyakanmu. Mereka tak pernah puas dengan jawabanku yang selalu bilang kau baik-baik saja di sana.

Kau memang baik-baik saja ‘kan sayang? Aku tak ingin bohong, tapi bagaimana lagi aku harus membungkam mulut bocah-bocah kecil kesayanganmu itu selain dengan mengatakan hal apapun yang dapat membuat mereka tenang. Mereka memintaku mengatakan sesuatu padamu, “Cepat pulang ya, Mama..” lihat, aku, mereka, kami di sini merindukan hangat cintamu. Ya, kami ingin kau pulang, sayang.

Oh ya, kemarin baju seragam sekolah Rizal robek, dia memintaku menjahitkan bagian yang robeknya karena semua baju seragamnya sedang di laundry. Tapi kau tahu sendiri ‘kan? Mana bisa aku menjahit? Aku pilu, Zahra, aku benar-benar tak bisa menggantikanmu sepenuhnya. Yang bisa kulakukan tak sebanyak yang bisa kau lakukan. Aku ingin kau pulang, sayang…

------------------------------

From :
satryaandira@yahoo.com
To : salsabilaazzahra@yahoo.com
Subject : Hari kedua puluh satu tanpamu

Kepada senyawaku,
Ah, sulit rasanya tidak berburuk sangka pada keadaan yang memaksa aku bertahan tanpamu. Sama sulitnya seperti menghentikan tangis anak-anak malam tadi. mereka menceritakan padaku betapa rindunya mereka akan hadirmu. Iya, hari-hari sebelumnya tak pernah mereka menangis sampai sebegini hebatnya. Mereka mulai tak tahan dengan ketiadaanmu. Begitu juga aku.

Hey sayang, aku rindu kopi buatanmu. Bagaimanapun, aku belum bisa membuat kopi seenak buatanmu. Kopi buatanku rasanya lebih mirip air cucian ketimbang kopi, haha… baiklah, jangan tertawakan kebodohanku ya, juga ketidakberdayaanku di tengah ketiadaanmu. Ternyata aku memang tak bisa berbuat apa-apa tanpamu, bidadariku. Bosan rasanya mencumbu udara beku.

------------------------------

From :
satryaandira@yahoo.com
To : salsabilaazzahra@yahoo.com
Subject : Hari ketiga puluh tanpamu

Kepada senyawaku,
Di e-mail terakhir yang kukirimkan padamu enam belas hari lalu, aku memintamu pulang. Dan kau menjawab permintaanku, Zahra. Ya, kau akan pulang. Beberapa hari lagi aku dan anak-anak akan menjemputmu ke bandara. Tuhan memang mengabulkan doaku untuk segera mengembalikanmu ke sampingku. Ya, tapi dengan cara yang berbeda.

Zahra yang kujemput bukanlah yang akan memamerkan senyum lembutnya. Bukan. Bukan Zahra yang bisa kupeluk erat tubuh mungilnya. Sama sekali bukan. Zahra yang nanti aku dan anak-anak jemput adalah Zahra yang pucat pasi. Zahra yang dingin. Zahra yang tak lagi bernafas.

Kenapa harus dengan cara ini kau menjawab permintaanku, sayang? Aku memang ingin kau pulang, tapi tidak dengan kondisi tubuhmu yang terbujur kaku di peti mati. Bagaimana harus kujelaskan pada anak-anak? Sementara aku pun tidak yakin ini nyata atau hanya mimpi buruk yang akan hilang menjelang fajar. Berkali kutampar diriku, ini nyata, sayang. Kau memang sudah tak ada.

Malam lalu, pihak stasiun televisi tempatmu bekerja yang mengabarkan berita duka ini. Mereka menyesal tidak bisa menjagamu hingga kau disandera dan akhirnya jadi tumbal kebiadaban mereka, tentara Israel yang tak bisa merasa. Aku kehabisan kata-kata, sayang. Jantungku serasa berhenti memompa darah. Sekujur tubuhku kaku, bersuara pun aku tak mampu. Aku belum siap untuk kau tinggalkan.

Ya, sudah kuberitahu anak-anak tentang kepergianmu. Pada akhirnya, setelah satu bulan ini berusaha menjauhkan mereka dari berita tentang perang di Palestina, sambil berharap kau akan baik-baik saja di sana, aku harus memaksa mereka menelan kenyataan pahit ini. Kau tahu? Mereka menangis dipelukanku. Sesegukan. Mereka terus berteriak memanggil-manggil dirimu. Seolah itu bisa mengembalikanmu pada kami. Tapi mereka tidak paham, kau takkan bisa kembali lagi.

Zahra, kau memang meminta kami untuk terbiasa menjalani hari-hari tanpamu. Tapi bukankah katamu hanya untuk satu bulan? Sejak kapan satu bulan itu berarti selamanya, sayang? Lalu harus bagaimana kami melewati hari-hari tanpamu nanti?

Bidadariku, jika memang Tuhan mau kau kembali pada-Nya, baiklah. Kau memang milik-Nya. Milik-Nya yang dipinjamkan sementara untuk melengkapi hidupku dan anak-anak kita yang kini mulai beranjak besar. Kembalilah dengan tenang ke sisi-Nya, sayang. Jadilah bunga taman surga paling indah, Salsabila Az-Zahra, cinta seumur hidupku.


Senyum manismu telah terpahat di dinding surga
Lantas bagaimana lagi harus kubunuh rindu?
Kini, ia adalah kesunyian abadi di hatiku.

Bandung, 16 Februari 2011

Di tengah berlangsungnya acara Pelatihan Karya Tulis Ilmiah

yep! finally, setelah bertahun-tahun (bertahun-tahun? alay, haha) ga pernah nulis cerpen lagi, ini cerpen gw yang pertama. hahaa... okey, standar sih, dan seperti keterangan yang gw tulis di atas, cerpen ini gw bikin dalam waktu 2jam selama Pelatihan Karya Tulis Ilmiah berlangsung, hahaa.. idenya muncul gitu aja. well, semuanya serba standar sih, tapi lumayanlah *jiaahahaa.. muji diri sendiri :p

0 respon terhadap ocehan si bocah:

Posting Komentar

Daisypath

Pembaca Catatan Kecil