ternyata untuk kali ini, memaafkan tidak semudah yang saya kira. pintu pengampunan itu kehilangan kuncinya. sebenarnya ada, saya hanya pura-pura lupa di mana menyimpannya. saya juga bingung, kenapa pula harus pura-pura lupa? meminimalisir rasa bersalah? mungkin ya.
saya tau, tidak pantas bersikap begini. Tuhan pun maha pemaaf bukan? lalu kenapa saya yang hanya makhluk ciptaan-Nya tidak bisa semurah Dia? saya rasa karena saya punya hati yang bisa kenal rasa sakit. saya punya hati seperti kaca yang ketika pecah akan sulit mengembalikannya ke bentuk semula secara utuh. hati saya yang mengatur apakah bisa saya memberikan pengampunan.
saya egois. memang. lalu kenapa?
otak saya bekerja lebih keras untuk tahap ini. dya tidak bersinergi dengan hati kali ini. saya tidak paham bagaimana lagi harus menyeimbangkan keduanya. saya bertanya pada diri saya, "kamu kenapa sih? sebenarnya ada apa?". dan saya tidak tau mesti menjawab apa. karena memang tidak ada jawabannya. jikalaupun ada, maka hanya dua kata tak bermakna, "tidak tau". bodoh ya saya? kalau jawabannya ya, maka saya tidak akan menyalahkan asumsi tersebut. untuk apa? kenyataan demikian bukan? setidaknya itu yang saya tau saat ini.
saya jahat. iya. masalahnya? saya merugikan orang lain dengan sikap saya ini.
ah, saya cuma butuh waktu. hati ini perlu ruang untuk dirinya. biar saja sendiri dulu.
Sabtu, 03 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 respon terhadap ocehan si bocah:
Posting Komentar