maaf aku benci malam-Mu Tuhan

Tuhan, aku minta maaph kalau aku tidak sopan
Tuhan, aku mohon ampun jika ini memang salah
tapi sungguh aku minta pada-Mu
izinkan aku membenci malam-Mu, Tuhan

maaph Tuhan, aku egois
kebencian ini timbul tiada bisa lagi dibendung
menahannnya adalah beban memilukan yang takkan berkesudahan
membiarnya memang takkan jadi pengobat bagi apapun
namun melepasnya adalah absurd meski aku sangat ingin

skeptis aku menjaring rasa ini
menariknya ke permukaan
menebasnya hingga bertransformasi jadi partikel-partikel yang berkeliaran di udara bebas

sesak, sungguh
kerongkonganku tercekat benda padat
segenggam oksigen yang susah payah menembus perisai kuat pemicu penat tak mampu juga mengangkat beban berat
aku masih bertahan di titik ini, Tuhan

malam itu,
aku gagal memberi arti dari setiap inginnya yang sederhana
aku cuma takut luka, Tuhan
salah?
ya, pada kenyataannya

ketakutan itu
kepengecutanku
membias realita yang terlampau memilukan
maafkan aku, Tuhan
meski memang maaf itu lebih pantas kualamatkan padanya

Tuhan ,
tak bisakah waktu kau putar lagi untukku ?
atau perlambat saja
kumohon, Tuhan ...